Minggu, 19 Februari 2012

Dampak Sampah Terhadap Lingkungan



Sampah merupakan salah satu penyebab tidak seimbangnya lingkungan hidup, yang umumnya terdiri dari komposisi sisa makanan, daun – daun, plastik, kain bekas, karet dan lain – lain.
Bila dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Bila dibakar akan menimbulkan pengotoran udara.
Selain itu tradisi membuang sampah disungai dapat mengakibatkan pendangkalan yang demikian cepat, banjir juga mencemari sumber air permukaan karena pembusukan sampah tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka dampak sampah terhadap kesehatan lingkungan :
1. Pencemaran lingkungan.
Sampah dari berbagai sumber dapat mencemari lingkungan, baik lingkungan darat, udara maupun perairan. Pencemaran darat yang dapat ditimbulkan oleh sampah misalnya ditinjau dari segi kesehatan sebagai tempat bersarang dan menyebarnya bibit penyakit, sedangkan ditinjau dari segi keindahan, tentu saja menurunnya estetika (tak sedap di pandang mata).
Macam pencemaran udara yang ditimbulkannya misalnya mengeluarkan bau yang tidak sedap, debu gas-gas beracun. Pembakaran sampah dapat meningkatkan karbon monoksida (CO), karbo dioksida (CO2) nitrogen-monoksida (NO), gas belerang,amoniak dan asap di udara. Asap di udara, asap yang ditimbulkan dari bahan plastik ada yang bersifat karsinogen, artinya dapat menimbulkan kanker, berhati-hatilah dalam membakar sampah !
Macam pencemaran perairan yang ditimbulkan oleh sampah misalnya terjadinya perubahan warna dan bau pada air sungai, penyebaran bahan kimia dan mikroorganisme yang terbawa air hujan  dan meresapnya bahan-bahan berbahaya sehingga mencemari sumur dan sumber air. Bahan-bahan pencemar yang masuk kedalam air tanah dapat muncul ke permukaan tanah melalui air sumur penduduk dan mata air, jika bahan pencemar itu berupa B3 (bahan berbahaya dan beracun) misalnya air raksa (merkuri), crhom, timbal, cadmium, maka akan berbahaya bagi manusia, karzena dapat menyebabkan gangguan pada syaraf, cacat pada bayi, kerusakan sel-sel hati atau ginjal.
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbunan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan. Meningkatnya volume timbulan sampah memerlukan pengelolaan. Pengelolaan sampah yang tidak mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan juga akan sangat mengganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungan pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan lautan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008[1], sampah adalah sisa kegiatan sehari- hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya sampah dapat digolongkan menjadi: 1) sampah ada yang mudah membusuk terdiri atas sampah organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain; 2) sampah yang tidak mudah membusuk seperti plastik, kertas, karet, logam, sisa bahan bangunan dan lain-lain; 3) sampah yang berupa debu/abu; dan 4) sampah yang berbahaya (B3) bagi kesehatan, seperti sampah berasal dari industri dan rumah sakit yang mengandung zat-zat kimia dan agen penyakit yang berbahaya.


2. Penyebab Penyakit
Sampah yang menumpuk tersebut tentunya akan banyak mengganggu kita,  disamping menimbulkan bau yang tak sedap.  Sampah inipun akan banyak menimbulkan penyakit. Untuk sampah yang banyak mengandung makanan  busuk, sudah pasti merupakan sarang hidupnya Bakteri Coli.  Sehingga apabila sampah ini menumpuk di saat musim hujan, tentunya akan menimbulkan wabah muntaber  atau diare., DB  dan lain sebagainya..
Sampah juga bisa mengundang datangnya  kawanan tikus  dan serangga yang bisa menyebabkan berbagai penyakit pencernaan,  penyakit kuning,  penyakit cacing perut , Malaria dan lain sebagainya.  Hal ini disebabkan sampah bisa mencemari air permukaan,  air tanah , lahan pertanian  dan juga bisa mencemari udara  yang menyebabkan permasalahan pada manusia dan    ekosistem.nya. Hal ini akan menimbulkan ancaman yang lebih serius lagi,   karena memasuki awal Tahun 2010  ini curah hujan  tentunya  akan menngkat tajam. Sehingga dipastikan akan timbul  banjir dan genangan di mana-mana, ditambah dengan sistim pertahanan tubuh  kita yang menurun..
Sampah  yang mencemari lingkungan pada jaman modern ini,   bukan hanya sebagai zat hasil  buangan  kehidupan  sosial masyarakat saja  ( sisa makanan,  plastik,  bagian tumbuhan dsb ).,  tetapi sampah ini juga bisa berasal dari  buangan  aktifitas teknologi  manusia ( waste ),  yang mencakup juga zat-zat buang kimiawi atau juga aktifitas nuklir. Oleh karena itu  komposisi  kimia yang  dikandung sampah sangat bergantung  lokasi pemukiman , terutama  yang  memiliki drainase yang berhubungan  langsung dengan lingkungan  industri.
Sampah yang berupa bahan organik berasal dari aktifitas manusia sebagai makhluk sosial disebut dengan sampah rumah tangga ( Garbage ). Sedangkan senyawa/ bahan  yang berasal dari  sisa aktifitas manusia dalam bidang teknologi disebut dengan  zat buang ( Waste ).  Contoh yang tergolong zat buang adalah Carbon Monoksida .  CFC dan  Green House Gas  dan lapin sebagainya..
Di tengah masyarakat,  sampah memang menimbulkan hal yang pelik,  sebab sampah adalah bahan yang  harus diibuang dengan benar karena sifatnya yang racun. Namun demikian terdapat juga komponen  sampah yang bernilai ekonomis, oleh karena  itu dalam pengelolaan sampah disarankan untuk tidak mengesampingkan aspek  daur  ulang.  Apalagi dengan semakin mahal dan terbatasnya sumber daya alam, maka  recycled  ( daur ulang ) sampah menjadi pilihan alternatif untuk menghemat biaya produksi suatu bahan,  ketimbang kita  memproduksi dari bahan mentah  ( raw-materials ).
Tempat-tempat penumpukan sampah merupakan lingkungan yang baik bagi hewan penyebar penyakit misalnya : lalat, nyamuk, tikus dan bakteri patogen (penyebab penyakit). Adanya hewan-hewan penyebar penyakit tersebut (disebut vector prnyakit), menyebabkan penyakit mudah tersebar dan menjalar ke lingkungan sekitar. Penyakit-penyakit itu misalnya kolera,disentri,tipus,diare,malaria an coba jelaskan cara penularan beberapa penyakit yang disebutkan tadi.
 3. Penyumbatan Saluran Air dan Banjir.
Sampah jalanan dan rumah tangga sering bertaburan dan jika hujan turun akan terbawa ke got/sungai, akibatnya sungai tersumbat dan timbul banjir. Selanjutnya banjir dapat menyebarkan penyakit, banyak got dimusim hujan menjadi mampet karena penduduk membuang sampah disembarang tempat. Kebiasaan membuang sampah disembarangan tempat dihilangkan.
4. Dampak Sosial Terhadap Masyarakat
a. Kerukunan
Permasalahan sampah dapat berkaitan dengan nilai kerukunan, atau sebaliknya justru dapat menambah kerukunan. Orang yang sering membuang sampah di sekitar tempat tinggal nya dan mencemari lingkungan dapat menimbulkan ketidaksenangan tetangganya. Hal yang demikian dapat menimbulkan keretakan hubungan antar keluarga.  Kondisi yang demikian perlu diubah agar terjadi hubungan yang sebaliknya yakni dapat semakin meningkatkan kerukunan.
b. Kesanggupan
Tiap warga hendaknya memiliki kesanggupan untuk menempatkan sampah pada tempatnya., misalnya memisahkan sampah organik dengan sampah anorganik, memisahkan sampah yang beracun dan yang tidak beracun. Pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan yang sulit jika setiap warga memiliki kesadaran dan kesanggupan untuk melakukannya.
 5. Dampak Sampah Terhadap Keadaan Sosial Ekonomi
* Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menimbulkan lingkunkgzan yag tidak menyenangkan.
* Memberikan dampak negatif terhadap keparawisataan
* Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat.
* Instrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya pengelolaan air.




http://windhar.files.wordpress.com/2008/04/pemilahan-sampah.jpg?w=455&h=319
Bagan pengelolaan sampah mandiri, semuanya berawal dari sampah rumah tangga teman..
Penjelasan gambar
  1. Pemilahan dilakukan sejak dari rumah tangga, yaitu dengan 3 kantong tempat sampah. Setiap rumah tangga memisahkan sampah sesuai jenisnya seperti sampah plastik, kertas dan kaca logam. Plastik sachet minuman, snack dan refill bisa didaur ulang menjadi kerajinan seperti tas, dompet, topi, tempat koran, dll.
  2. Sedangkan sampah organik rumah tangga dimasukkan dalam gentong/ drum komposter. Nantinya, sampah yang sudah menjadi kompos ini dapat dijual.
  3. Setelah sampah pemilahan di rumah penuh kemudian dibawa ke drum/ tong sampah sesuai jenisnya. Kemudian dari drum/ tong sampah tersebut nanti diangkut petugas dibawa ke TPS
  4. Di TPS, sampah yang sudah terkumpul disortir, packing dan dijual. Hasil penjualan untuk biaya operasional dan sisanya masuk kas kampung.

SAMPAH PLASTIK
SAMPAH KERTAS
LOGAM & KACA
  • plastik krese
  • plastik bening
  • bungkus snack
  • kemasan penyedap
  • bungkus mie
  • bungkus makan
  • dll
  • kertas HVS
  • kertas koran
  • bungkus tempe
  • bungkus rokok
  • kardus
  • bekas undangan
  • sobek-sobekan
  • bungkus makanan kertas
  • dll
  • besi
  • tembaga
  • kabel
  • kaca
  • botol plastik
  • botol kaca
  • pecahan gelas/ piring
  • seng
  • ember pecah
  • dll

 sumber:www.google.com

Rabu, 15 Februari 2012

* Isu Strategis dan Permasalahan Wilayah Pesisir


* Isu Strategis dan Permasalahan Wilayah Pesisir
Masalah pengelolaan wilayah pesisir yang melahirkan kemiskinan masyarakat pesisir (nelayan), serta menimbulkan kerusakan lingkungan pesisir dipicu oleh beberapa faktor yang menjadi isu-isu strategis di Sulsel, yakni: Pertama, isu sosial budaya, meliputi rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), lambatnya perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat, buruknya sanitasi lingkungan permukiman, degradasi budaya dan semangat kebaharian, serta masih tingginya tingkat pertumbuhan penduduk.
Kedua, isu lingkungan, meliputi degradasi ekosistem
pesisir dan laut, tercemarnya wilayah pesisir, lemahnya penataan dan pengawasan pemanfaatan ruang wilayah pesisir. Ketiga, isu kelembagaan, meliputi tidak terpadunya pengelolaan wilayah pesisir, lemahnya kelembagaan masyarakat dan pemerintah, lemahnya penegakan hukum di wilayah pesisir dan laut.
Keempat, isu pembangunan ekonomi, meliputi rendahnya daya tarik ODT wisata bahari, belum optimalnya pengelolaan perikanan tangkap, belum optimalnya pengelolaan perikanan budi daya, belum optimalnya pengelolaan bahan mineral, rendahnya aksesibilitas antarpulau. Faktor lainnya, yakni perubahan alam yang
sering mengancam kelestarian ekosistem maupun masyarakat pesisir, antara lain gempa bumi, tsunami, erosi, polusi, badai, banjir, gelombang pasang, abrasi, serta kenaikan permukaan air laut (global warming).
Adapun faktor yang disebabkan oleh perbuatan manusia (man made disasters), seperti konversi hutan mangrove untuk lokasi tambak dan perluasan kota dan kawasan industri, penambangan batuan di daerah karang laut dan penambangan pasir laut untuk bahan bangunan dan komersial. Bisa juga karena pencemaran akibat adanya praktik/kebiasaan untuk memanfaatkan laut sebagai tempat pembuangan berbagai limbah dan sampah serta eksploitasi sumber daya laut dan pesisir yang berlebihan (over exploitation). Tidaklah mengherankan, terjadinya bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Sulsel khususnya dan Indonesia pada umumnya dalam dekade terakhir ini telah mengakibatkan jatuhnya ribuan korban jiwa, serta kerugian ekonomi mencapai triliunan rupiah. Kerugian ekonomi tersebut menjadi semakin besar apabila memperhitungkan juga kerusakan sumber daya alamnya.

Tamsil Akan Sekolahkan Nelayan Takalar ke Jepang
Ditulis pada 20-02-2011 21:01:32 WIB

Takalar, Sulsel (Phinisinews) - Anggota DPR Tamsil Linrung berjanji akan menyekolahkan nelayan tradisional Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan ke Jepang untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat pesisir serta menjaga biota laut.
       
"Melalui PNTI, saya akan mengirim beberapa nelayan-nelayan untuk di sekolahkan ke Jepang dan Korea untuk dilatih cara menangkap ikan dengan menggunakan teknologi modern dan ramah lingkungan," ujar Tamsil Linrung di Takalar, Sulsel, Minggu.
       
Ia yang didampingi beberapa anggota DPRD Sulsel berkunjung ke Kecamatan Galesong Utara (Galut), Kabupaten Takalar, Sulsel, sebagai Ketua Umum Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia (PNTI).
       
Keberadaannya di Kabupaten Takalar untuk melakukan dialog bersama warga pesisir dan juga melihat kondisi abrasi pantai yang terjadi dipesisir Pantai Galesong.
       
Tidak hanya itu, Tamsil juga berjanji akan memberikan bantuan dana untuk tempat Pelelangan Ikan (TPI) Beba dan mobil penarik kapal nelayan.
       
"Setelah berdialog dan melihat kondisi warga pesisir pantai yang umumnya berprofesi sebagai nelayan ini, saya sangat prihatin dengan kehidupannya karena masih berada dibawah garis kemiskinan," katanya.
       
Kehidupan dan pemenuhan kebutuhan mereka sangat tergantung pada kondisi musim dan keberadaan sumber daya alam tanpa ada kemampuan untuk mengontrolnya.
       
Karena laut, tempat mereka menggantungkan hidup dan kehidupannya merupakan sumber daya alam milik bersama yang jika rusak tidak ada individu yang merasa bertanggungjawab secara pribadi.
       
Pengelolaan potensi sumber daya laut dan pesisir juga dirasakan belum optimal sehingga belum dapat meningkatkan kesejahteraan para nelayan secara signifikan.
       
Sementara itu ancaman kerusakan terhadap laut dan sumber daya pesisir cenderung memperlihatkan grafik yang meningkat cukup tajam.
       
Salah satu penyebab utama dari kondisi di atas adalah akibat kegiatan manusia di darat disamping di laut itu sendiri. Di sisi lain, hutan mangrove sebagai ciri khas daerah pesisir juga tidak luput dari kegiatan pembukaan tambak-tambak baru.
       
Berkurangnya fungsi mangrove sebagai habitat komunitas pantai, secara langsung berpengaruh terhadap menurunnya tingkat pendapatan nelayan.
Sumber :
Muhammad Arsani ; Pegawai Sub Bidang SDA dan Kelautan Bappeda Sulsel (http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=30173)
(Sumber: PhinisiNews/Ant)
  










Komentar
Keterkaitan antar artikel pertama dan kedua
Pada artikel pertama yang mengenai isu dan permasalahan wilayah pesisir yaitu Masalah pengelolaan wilayah pesisir yang melahirkan kemiskinan masyarakat pesisir (nelayan), serta menimbulkan kerusakan lingkungan pesisir dipicu oleh beberapa faktor yang menjadi isu-isu strategis di Sulsel, yakni: Pertama, isu sosial budaya, meliputi rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), lambatnya perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat, buruknya sanitasi lingkungan permukiman, degradasi budaya dan semangat kebaharian, serta masih tingginya tingkat pertumbuhan penduduk.
Salah satu faktor yang menjadi isu yaitu masalah rendahnya kualitas sumber daya manusia oleh karena itu pemerintah di kabupaten takalar mempunyai inisiatif akan menyekolahkan nelayan tradisional Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan ke Jepang untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat pesisir serta menjaga biota laut. "Melalui PNTI, saya akan mengirim beberapa nelayan-nelayan untuk di sekolahkan ke Jepang dan Korea untuk dilatih cara menangkap ikan dengan menggunakan teknologi modern dan ramah lingkungan,"
Ini salah satu upaya pemerintah di kabupaten takalar untuk membantu rakyatnya keluar dari kemiskinan khususnya nelayan yang hidupnya bergantung pada musim dan keberadaan sumber daya alam tanpa ada kemampuan untuk mengontrolnya.